1

sudah religi, mistik pula

Sudah horor, porno pula. Begitu judul salah satu artikel di yahoo.com. Kalimat ini ditujukan untuk menyebut tentang perfilman di Indonesia yang kini didominasi oleh film horor ‘plus-plus’. Apa plus-nya? Ya porno itu tadi.

Beberapa tahun lalu kita juga dibuat bosan dengan sinetron-sinetron bertema sudah religi, mistik pula. Sebenarnya sinetron-sinetron ini diawali dengan naik daunnya sinetron bertemakan religi yang diputar selama bulan Ramadhan. Beberapa produser kemudian mencoba ber-‘improvisasi’, menambahkan tokoh-tokoh ustadz yang bisa sihir dan siluman serta setan-setan aneh, dan jadilah sinetron religi-tapi-mistik itu.

Tapi berbicara tentang film Indonesia, ada satu kejadian yang mungkin agak menggelikan. Seperti yang dikisahkan oleh Rosihan Anwar dalam buku Indonesia 1966-1983: dari koresponden kami di Jakarta (Grafiti, 1992). Ini adalah buku kumpulan tulisan Rosihan Anwar semasa dirinya menjadi koresponden beberapa media asing.

Isi buku ini tak hanya melulu soal politik, tapi juga peristiwa-peristiwa yang unik dan menarik. Salah satunya seperti yang dimuat di Straits Times Singapura tanggal 27 Agustus 1980 dengan judul “mystic start for a controversial new film”. Artikel ini bercerita tentang kehebohan yang ditimbulkan oleh rencana sutradara Syuman Djaya yang hendak membuat film tentang Wali Sanga, sembilan pemimpin agama yang menyebarkan Islam di Jawa sejak tahun 1416. Untuk pembaca di luar negeri, Rosihan tak lupa memberikan sedikit sejarah tentang Wali Sanga.

“Wali pertama, Maulana Malik Ibrahim, seorang saudagar yang mungkin aslinya datang dari Persia (Iran) ke gugusan pulau-pulau Indocina. Wali kedua, Sunan Ampel, membuka sebuah madrasah di Ampel, dekat Surabaya, dan meninggal pada tahun 1481. dia juga orang asing. Sesungguhnya beberapa tahun yang silam, Prof. Slamet Mulyana menulis salah satu dari para Wali mestilah dari keturunan Cina. Keterangan ini tidak disambut baik oleh umum. Wali terakhir meninggal pada 1570. Kisah-kisah mengenai mukjizat yang dapat mereka lakukan banyak sekali, seperti berjalan di permukaan laut dan mengubah beras menjadi pasir. Akan tetapi adalah suatu kenyataan sejarah mereka membawa Islam ke Jawa secara damai dan dalam usaha dakwah memperlihatkan toleransi yang boleh ditiru liberalisme.

“Segala sesuatu mengenai film Syuman Djaya Wali Sanga tampak kolosal. Panjang film akan menjadi enam jam, masa produksinya satu tahun dan diperkirakan biaya produksinya Rp 1,2 miliar. Syuman berkongsi dengan pengusaha Masagung, 52 tahun, beragama Islam, dulu bernama Tjio Wie Tai. Baru-baru ini pada bulan Ramadhan Syuman mengadakan konferensi pers bersama Masagung di Mandarin Hotel (Masagung adalah seorang pemegang saham hotel itu), disusul oleh buka puasa yang dihadiri oleh Wakil Presiden Adam Malik. Dalam konferensi pers diungkapkan data paling aneh mengenai produksi film yang akan datang.

“Syuman mengumumkan dia akan memainkan peran Sunan Kalijaga alias Raden Said atau Gan Si Chang, Kapten Cina di Semarang. Masagung akan berperan sebagai Sunan Gunung Jati. Para pemain (cast) juga mencakup Ratno Timur, Sukarno M. Noor, penyair W.S. Rendra, aktris Yenny Rachman dan Ny. Diantinah Bambang Supeno, tunangan mantan Menteri Luar Negeri Dr. Subandrio yang kini ditahan.

“Syuman bilang dia pilih pemainnya melalui seorang medium, yaitu Ny. Fuad Muntaco alias Pangrukti Aji, wanita berusia pertengahan tiga puluhan tahun yang mengatakan mempunyai kontak langsung dengan ‘roh’ Sunan Kalijaga yang memberikan kepadanya dawuh (instruksi) mengenai siapa yang paling cocok memainkan peran tertentu dan bagaimana jalannya cerita film seharusnya. Selama pertemuan dengan pers, medium itu dibantu oleh Masagung dan Syuman Djaya melaksanakan sebuah upacara spiritual untuk memamerkan bakatnya, tetapi diterima dengan skeptisisme oleh para reporter. Segera setelah peristiwa itu diberitakan dalam pers, timbul tanggapan tajam dari khalayak.

“Ulama terkemuka Dr. Hamka, Ketua Majelis Ulama Indonesia, meramalkan film itu akan ditolak oleh masyarakat dan rakyat di daerah-daerah yang banyak penduduk Islamnya akan berdemonstrasi terhadap film tersebut. Film itu berbau ‘kebatinan’ dan ‘mistik’, ujar Hamka. Seorang anggota DPR juga melahirkan keprihatinannya. Komentar pers bersifat kritis terhadap ‘petualangan’ Syuman Djaya. Majalah Aktuil menulis, ‘Kami telah bosan dengan timbulnya dalam sejarah Indonesia para petualang yang memproklamasikan diri mereka sebagai nabi-nabi’. Dan aktor Slamet Rahardjo yang tadinya diberikan peran mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri dari film Wali Sanga.”

Tak ada keterangan yang jelas mengenai kelanjutan proyek ini. Sepertinya film ini tak jadi dibuat karena kontroversi yang ditimbulkan bahkan sebelum syutingnya dimulai. Hmm, film religi tapi awalnya saja sudah mistis? Hmmm…J.

5

obrolan bodoh: the room of love

bodoh 1: Kayaknya kamu dah bakal lulus dalam waktu dekat ini deh.
bodoh 2: Kenapa gitu?
bodoh 1: Soalnya kisah cintamu dah mulai berakhir satu persatu.
bodoh 2: Kok bisa? Apa hubungannya?
bodoh 1: Si Arif penghuni kamarmu sebelumnya juga dulu kayak gitu. Rajin ngerjain skripsi, lulus cepet, eh habis itu malah putus sama pacarnya.
bodoh 2: Lha terus??
bodoh 1: Buktinya kamu kemarin putus. Ujian skripsi juga tinggal menghitung hari.
bodoh 1: Kayaknya tuah ‘kamar cinta’ dah mulai menghilang. Bentar lagi kamu pasti kluar dari kamar itu.
bodoh 2: ???????